Launching
comeback
launchpad

Rabu, 25 Juli 2012

Jum’at mendung Sang Butterfly


Oleh Yudha Palistiandika

Based The True Story in My life




 “Kamu tahu artinya bahasa inggris Butterfly itu? artinya bukan kupu-kupu tetapi mentega terbang” kamis, 27  april 2011 (Alhambra)
Sudah hampir satu jam diriku duduk termangu diantara keramaian manusia, menunggu kedatangan bus tujuan jebus yang tak pasti datangnya kapan, tampak sang penjaga tiket disudut lobby pun tak henti memencet-mencet handphone, mungkin mencoba menelpon supir bus atau cemas karena disuguhi kekesalan calon penumpang yang kian membakar. Namun diantara calon penumpang lain ada seorang pria yang duduk disudut loket, tampak ia menggunakan celana pramuka anak sma, baju kaos berwarna cokelat kusam, rambutnya tak tertata rapi, serta tubuhnya yang sekal dan wajah yang lumayan tampan, sepertinya ia kaum cendekiawan. Sudah hampir lima menit ia memperhatikan diriku, aku baru menyadari itu saat ia berpura-pura tak melihatku tapi aku tak menghiraukannya. Sekejap kemudian dari kejauhan muncul lah bus berwarna hijau dengan tulisan arah keberangkatan nampak dibagian kaca depan, ternyata bus yang ditunggu datang juga. Tanpa menunggu lama, saat bus tepat berhenti di depan terminal, aku pun langsung masuk dan mencari posisi duduk yang nyaman. Tujuanku adalah rumah, dimana saat liburan kelulusan sekolah kemarin, aku berlibur kerumah ayah. Iyah,,,rumah ayah, kebetulan rumah ayah dan ibu berbeda karena ayah dimutasi ke sekolah lain yang berbeda kabupaten ,ayah dan ibu sama-sama seorang kepala sekolah. Oleh karena itu, kadang-kadang keluarga kami berkumpul hanya pada hari libur saja.
Setelah berdesak-desak mencari tempat duduk dengan penumpang lain, akhirnya posisiku dibagian belakang bus. Suasananya cukup panas dan riuh, karena busnya menggunakan AC alami, dan semua kursi telah terisi penuh kecuali disebelah ku yang masih kosong, nampak dari pintu pertama masuklah seorang pria yang tampak ling-lung mencari bangku kosong dan tatapan matanya tepat  terpusat pada sebelahku, tanpa menunggu lama ia pun berlari kecil menuju kesebelahku. Aku baru menyadari bahwa ia pria tadi yang menatapku, pikirku pun tampak cemas, aku langsung menarik tasku dan memangku serta memeluknya, mungkin ia berniat buruk terhadapku.  Selang beberapa menit bus pun siap berangkat, barulah bus terasa sejuk karena angin yang masuk dari jendela cukup  sepoi-sepoi. Menjelang satu jam aku dibus, perjalanan yang lumayan jauh menuju rumah dan rasanya mulai bosan. Tiba-tiba bus berhenti disebuah tempat persitirahatan, sebagian penumpang nampak turun tuk berleha-leha sejenak. Berselang limabelas menit, bus pun tancap gas lagi, diwaktu senggang dibus tiba-tiba pria disebelah ku mengajak mengobrol sambil berjabat tangan “hai, namamu siapa?” tanyanya, “namaku yudha” jawabku. Bak gayung bersambut, kamipun asyik mengobrol dan bertanya satu sama lain dengan serius. Namanya Alhambra, dia berumur 17 tahun, masih duduk kelas dua sma pesantren, hanya berbeda satu tahun denganku. Ternyata orang yang baru ku kenal itu malah ingin menginap dirumahku, aku  heran dan berargumen buruk terhadapnya. Ada apa denganku, aneh memang, aku langsung mengiyakan ia untuk menginap, namun dilubuk hatiku pun masih bertanya-tanya tentang jawabanku tadi. Dan sejak perkenalan tadi kami resmi menjadi teman yang tak henti mengobrol, seperti sudah berteman lama dengan dia, aku memanggilnya dengan sebutan alla, dan herannya dia memanggilku dengan dha.
“Sahabatku ada juga di jebus, namun karena jarang bersilahturahmi aku tak tahu lagi keberdaan dia sekarang ”  27 april 2011, bus muntok (Alhambra)
Persimpangan tigapun datang juga, disebut kebanyakan orang simpang ibul. Itu berarti aku harus turun dan menyambung bus yang lain, sebab bus yang ku naiki tadi bus menuju kota muntok, aku ketinggalan bus menuju jebus. “Lekas kita turun alla” perintahku, kami pun turun dan  duduk dihalte pemberhentian. Nampaknya bus yang kami tunggu sedang malu untuk lewat dihadapan kami. “Aduh…lama sekali busnya” eluhku dengan gelisah. “Tenang, kalaupun bus tidak ada, ada cara lain” ucap alla. Diriku pun heran apa yang dia maksud, sekarang hari sudah semakin sore tepatnya pukul 16.30 WIB dan keluargaku sedang menungguku dirumah nenek, sebab bibi ku akan menikah besok. “Ala, mau kemana kamu?” tanyaku. Dia tidak menjawab pertanyaanku, malah berlari dengan cepat menuju tepi jalan raya, dengan cepat dia melambaikan tangannya sesaat sebuah truk pengangkut sawit lewat, truk itupun berhenti. Walah,  rupanya cara lama yang digunakan alla cukup berhasil juga. Dengan tergesa-gesa, akhirnya kami naik truk itu tetapi dibagian belakangnya, bisa dibayangkan bukan angin yang tertiup sangat kencang menerpa muka kami, aku melihat ekspresi muka alla yang tampak lepas dan bahagia  bertemu denganku. Sejak itu, aku baru menyadari ada sesuatu rahasia besar yang ditutupi oleh alla dariku, tapi aku tidak tahu, bahkan sudah bertanya berulang kali tetapi alasannya tetap masih sama bahwa dia adalah perantau dari padang, menurutku alasan itu masih belum logis.
 Sejujurnya ada banyak pertanyaan dari dalam diriku untuk menguak siapa alla itu sebenarnya. Setelah melewati beberapa perkampungan, akhirnya dari kejauhan terlihat sebuah tenda dilengkapi dengan hiasan janur dan pernak-pernik yang mewah. “kita berhenti disana” ucapaku pada alla, dia langsung memukul bagian atas atap truk, memberi kode kepada supir agar berhenti. Truk pun berhenti dan kami langsung meloncat keluar dari belakang truk  “terimakasih pak“ ucap alla kepada supir. “Rupanya ada acara resepsi dirumahmu, dha ?” tanya alla heran. “ini bukan rumahku, tetapi rumah neneku, iya, bibiku besok menikah” jawabku tersenyum simetris. Dengan cepat langkah kakiku menuju arah rumah, tampak dihalaman depan semua telah disiapkan dengan matang untuk acara sakral besok, banyak sekali orang  yang menata pelaminan, kursi serta mengatur lainnya untuk persiapan besok. “Asalamualaikum” ucapku, “waalaikum salam” jawab seorang wanita paruh baya sedang menggunakan daster corak batik dan jilbab putih yang menutupi kepalanya, dia nenekku “cucuku, akhirnya datang juga” ucapnya sambil mencium kedua belah pipiku, semua keluargaku sedang berkumpul diruang tengah, “sana yud, makan dulu, oh iya ini siapa ? temanmu yud?” tanya nenek , “iyah, itu temanku namanya Alhambra, dia sekelas denganku” ucapku, entah apa yang kupikirkan, aku berbohong pada nenek, aku takut keluargaku tidak menerima orang yang baru kukenal , tanpa tahu asal usulnya, baik buruk serta bibit dan bebetnya, maklum keluarga ku tidak dinamis untuk hal seperti itu sebab aku dibesarkan dari keluarga yang disiplin. Ada rasa bersalah yang timbul dari diriku atas kebohongan itu.
Tanpa mengunggu lama, aku dan alla menaruh tas disudut lemari dan segera keruang tengah. Pada saat itu keluarga sedang asyik mengobrol bersama, maklum keluarga jauh pun datang untuk resepsi ini, banyak sekali pertanyaan yang timbul dari mereka menanyakan siapa alla itu, aku selalu menjawab dengan santai bahwa dia adalah teman sekelasku, kebohongan ini terasa semakin memupuk diriku.  Selang beberapa menit aku dan alla berkumpul diruang tengah, terdengar suara khas yang mengucapkan salam dari arah depan “asalamualiakummmmm”, rasanya aku tahu ciri khas itu setali tiga uang dengan karakter salamku. Dia adalah adikku, adik perempuanku yang sudah lama aku rindukan, “bang yudha, kangen” ucapnya manja sambil memajukan bibir mungilnya yang imut itu. Rupanya ia datang bersama  ibu dan ayah, mereka baru tiba dari kota Pangkal Pinang selepas mengambil batik cual khas Bangka Belitung untuk para panitia pernikahan besok. “Nampaknya sudah berkumpul semua nih, keluarga kita” ucap ibu tersenyum manis. Ibu selalu menebarkan senyuman kepada orang lain, beliau orang yang sangat ramah, ada ciri khas dari ibu yang hampir setiap orang kenal, yaitu tahi lalat yang besar dibawah mulutnya.
“Engkau sudah berbohong besar demi aku, sahabatku. Dengan apa aku harus membayarnya”  21 mei 2011 (Alhambra)
Roda waktu itu memang cepat berputar, akhirnya resepsi pernikahan bibiku hari ini digelar, aku dan alla akan menjadi panitia menggunakan batik cual, “oh iya, bagaimana penampilanku, sudah ganteng?” Tanya alla polos, “ah, masih ganteng aku lah!” ujarku sombong sambil tesenyum lebar. Tiba-tiba adikku masuk dengan sanggul dikepalanya dan mukanya yang  menor, “minggir abang-abang sekalian, aku mau ganti baju” cetusnya imut. Sambil tertawa kecil, kamipun keluar dan langsung menuju resepsi. Sampailah pada titik penghabisan yaitu akhir resepsi, setelah bergelut pada para tamu, makanan, dan berphoto. Sampai pada suatu malam dimana semua keluarga sedang terlelap tidur karena lelah, aku terbangun dari tidur karena ingin kekamar kecil, namun alla tidak ada disebelahku. “kemana dia?” tanyaku panik. Akhrinya aku bangun dari tempat tidur dan mencarinya dia disekitar sudut rumah, rupanya disedang dimushola dengan cahaya lampu yang remang-remang, awalnya setelah mengetahui dia disitu aku ingin kembali kekamar, niat itu pun tak terbendung karena alla nampaknya menenggelam dirinya dalam dzikir itu serta tasbih dijemari tangannya. Aku pun menghampirinya dan duduk bersilah disampingnya, “alla, kamu kenapa?” tanyaku bingung. “Aku merasa semuanya telah berakhir saat dibus itu, terasa lunglai, lelah, terpukul amat dalam, aku berdosa…., namun kau ibarat pelangi dha, menghiasi hariku yang mendung karena hujan” ujar alla termenung sambil menghapus air matanya. Airmata alla sudah tak berujung, terlihat penderitaannya hanya disimpan untuk dia sendiri . “Aku tak mengerti apa yang kau maksud alla, ceritakan apa yang terjadi”. Alla kembali termenung, pandangannya kosong menatapku seakan ia teringat sesuatu, lalu alla bersujud untuk melintas kesedihan yang dia lalui, akhirnya aku berinisiatif untuk mencari tahu lebih banyak tentang apa yang dia alami. Dalam beberapa menit kemudian dia bangkit dari sujudnya dan memutuskan untuk memberi tahu apa yang dideritanya. Sebuah prahara yang mengguncang perasaan, mencabik telingaku mendengarnya  dan sangat tidak mengenakkan. Aku tahu, ada sebuah paku yang menusuk amat dalam dipalung hati dia, hingga alla seperti ini.
“Aku adalah anak pesantren kelas dua sma, seharusnya aku sekarang belajar, menimba ilmu dikelas dan tidur diasrama sekarang, tetapi itu semua sekarang sirna, dha. Karena aku tlah kabur saat kita bertemu diterminal dan memulai pembicaraan dibus. Kamu tahu alasannya apa ? aku telah memukuli  teman sekamarku secara tidak sengaja hingga dibawa kerumah sakit, dia mencuri buku pelajaranku. Ini semua gara-gara ayahku yang memasukkan aku ke pesantren, ayahku memang ustad tetapi dia selalu memaksakan kehendaknya kepadaku. Padahal aku tidak mau, dan sekarang semua sedang mencariku, dha. Aku takut dan aku sekarang bukan Alhambra yang dulu, hari-hariku sudah punah” 22 mei 2011
Keesokan harinya, keluargaku sibuk berbenah, ada yang sibuk berkemas  ingin kembali kedaerahnya lagi. Dan aku, ayah, ibu adik serta alla akan segera pulang kerumah kami. Semenjak cerita semalam tentang alla, aku lebih termenung memikirkan apa yang aku lakukan ini suatu hal yang baik atau sebaliknya. Musibah adalah rahasia Tuhan. Sebuah misteri atas keberhakan adri kehendak-Nya. Momentum ini membuat alla tampak tegar, sabar, dan bijaksana. Kelapangan hatinya terungkap dan tersirat dalam dzikir-dzikir yang ia panjatkan setiap tengah malam saat shalat tahajud.
Hampir 1 minggu alla tinggal dirumahku, keluargaku mulai terbiasa dengan keberadaanya, malahan ibuku yang sudah menganggap alla sebagai anaknya sendiri, dan berniat ingin menyekolahkannya hingga bangku perkuliahan. Sebab aku bilang alla tidak memiliki keluarga lagi, kebohongan apa yang telah kuperbuat, aku berdusta terhadap ibuku sendiri.  Pagi itu adikku hendak pergi kesekolah, nampaknya ia menyuruhku tuk mengantar dia pergi, akupun siap menggunakan jaket dan topi yang biasa kupakai. “Tidak usah anterin aku, bang, biar kak alla aja yang nganterin” ucapnya cetus. Aneh, biasanya dia lebih senang aku yang mengantar seketika dia berubah selera supir kayaknya, aku merasa janggal dengan ini. Kini sudah selama empat hari, alla yang mengantar  dan menjemput adikuku pergi sekolah. Akhir mei 2011 adalah bulan yang paling kelabu didalam memori  hidupku, dimana akhirnya peristiwa bersejarah dalam hidupku, tepat dimana hari ulang tahunku dan tepat satu tahun kakekku meninggal dunia. Namun torehan yang paling dalam bukan itu namun disini, dimulai pada hari jumat setelah adikku  pulang sekolah dan suatu kewajiban bagi para lelaki muslim untuk menjalankan ibadah shalat jumat, aku, ayah dan alla hendak pergi kemasjid, tiba-tiba alla mendadak sakit dan terpaksa ia bolos ibadah jumat, adikku begitu perhatian kepada alla saat itu. “Ya sudah, kak alla istirahat saja dikamar” ujarnya manis. Dan alla akhrinya tinggal dirumah untuk beristirahat, sementara aku dan ayah langsung menuju masjid yang tak jauh dari rumah. Memang ibadah-Nya itu yang mempunyai rasa yang begitu tenang dan hikmad, itulah yang kurasakan saat menjalani ibadah jumat siang ini, terhenyak bhatinku saat mendengar khotbah siang itu .
Setelah usai ibadah jumat, aku masih terpikirkan khotbah siang itu. Terbenak diriku hendak memberitahu tentang alla yang sebenarnya kepada ibu. “Apa yang kupikirkan, alla itu sudah kuanggap sebagai adikku, massa aku tega melakukan itu padanya” ujarku gamang.  Setiba dirumah, aku langsung menuju kamar dan melepas sarung, “eh, kamu dha!” ucap alla kaget terbangun dari tidurnya, “keadaanmu gimana, sudah mendingan lla ?” tanyaku cemas, sambil menarik selimutnya dan berangkat dari tidurnya, “sudah tidak apa-apa, aku merasa meriang saja” nampaknya ia hanya ingin membuatkku tidak cemas, namun masih terlihat jelas wajahnya pucat dan bibirnya yang kering pecah-pecah. Sementara dari ruang tengah terdengar suara ibu “Ayo,, semuanya makan”, suara itu sudah menjadi langganan setiap hari untuk memanggil kami yang kelaparan.  “Iya bu, sebentar lagi” jawabku berteriak dari kamar, sementara ayah, ibu dan adikku sudah berkumpul dimeja makan, aku dan alla masih dikamar, “ayo dha, kita makan” ucap alla kepadaku. “Sebentar alla, aku lagi mencari uangku, kemana yah?” uacapku kebingungan sambil mencari-cari disekeliling, dilaci meja belajar, lemari pakaian, dompet serta disaku celana. “uangku kemana, kok gak ada” ucapku gusar. “kamu taruh dimana, ingat-ingat dech mungkin kamu lupa taruhnya” ucap alla sambil membantuku mencarinya. Berbagai pertanyaan muncul dibenakku, sekiranya tadi siang uang itu aku letakkan dilaci meja belajar, uang itu untuk kugunakan membeli tiket pesawat sore ini.  Dengan tergesa-gesa aku menuju ruang tengah, terlihat keluargaku sedang makan siang, sambil duduk serta menuang nasi kepiring, “bu, ibu lihat uang dilaciku, kok uangnya gak ada!” ucapku gelisah. “kok bisa? dicari dulu mungkin terselip atau kamu lupa taruhnya” ucap ibu lembut, “emang berapa sich uang nya?” tanya ayah. “lima ratus ribu rupiah yah” jawabku. “ya sudah, ntar ayah ganti uangnya” jawab ayah tenang.
Semenjak uang itu hilang, aku masih penasaran kemana keberadaannya. Sesekali pikiran burukku menerpa tertuduh kepada alla, sebab saat itu hanya dia yang berada dikamarku, keesokan harinya saat bibi inem hindak mengambil pakaian kotor kami disudut kamar, bibi inem menemukan uang itu disaku celana jeans nudie milikku, sebab sebelum mencuci pakaian bibi selalu memeriksa saku celana. Segera bibi menceritakan itu kepada ibu, dengan sigap ibu langsung memanggilku keteras belakang “yud, ini uangnya, si bibi temukan dicelana kotormu?”  ucap ibu menuyudutkan aku. “celana yang mana, bu” tanyaku kaget, “celana jeans nudiemu yang biru” jawab ibu sambil menyiram bunga mawar kesayangan dia. “ha, ibu aku tidak pernah lagi pake celana itu, kan itu udah aku kasih dengan alla” jawabku, diriku langsung tertegun sejenak dan focus terhadap alla.  Tak berselang lama, aku langsung berlari menuju kamarku disana alla sedang tertidur, aku langsung mengibaskan selimut yang ia gunakan “aku gak nyangka, kamu curi uang itu lla” cetusku kejam kepada alla, nampak masih kaget terbangun dari tidur dia “apa yang kamu maksud dha” jawab alla heran. “udahlah, jangan pura-pura bego” jawabku kesal.
Semenjak pertengkaran hebat itu, aku dan alla tidak pernah bertegur sapa sedikitpun, bahkan tidak pernah tidur sekamar lagi, makan, jalan-jalan, main badminton bersama dan aktivitas yang dilakukan bersama tidak pernah kami lakukan lagi. Hingga terjadi sebuah tragedy dimana alla harus dijemput paksa oleh seseorang, dunia itu memang sempit tak sepeti yang ku bayangkan. Ternyata keluaraga alla selama ini sudah mencarinya kemana-mana, hingga terdengar ketelinga ayahku, yaitu ayah alla dan ayahku adalah sesama PNS dikabupaten Bangka, namun ayah alla adalah seorang guru biasa ditingkat sekolah dasar (SD) dan ayahku adalah kepala sekolah ditingkat sekolah menengah keatas (SMA) disekolah yang sama. Disaat yang bersamaan ayah alla dan ayahku menceritakan semua peristiwa yang terjadi selama ini. Serapat-rapatnya bangkai disembunyikan maka baunya akan tercium juga, pepatah inilah yang tepat ditujukan kepadaku dan alla.
Hari itu, 27 mei 2011, adalah hari kepergian alla. Mata keluargaku tertuju kepada lelaki paruh baya, berjenggot panjang dan menggunakan peci yang duduk diruang tamu rumahku. Dia adalah ayah alla, sepertinya dia siap menjemput alla. Seteleh mereka berbicara panjang lebar, akhirnya alla keluar kamar dengan tas cokelat yang pertama kali ia bertemu denganku dibus, “dha, terimakasih banyak atas semua ini, aku tidak bisa membalas biarkan ALLAH yang membalas kebaikan kamu dan keluargamu selama ini kepadaku” ucap alla menagis dan dengan perasaan haru ia memelukku. Namun rasa benci terhadap alla masih ada dibenakku, semenjak uang itu dicurinya. Aku tidak berkata apa-apa, hanya mengeluarkan secerca airmata. Jarum jam berdetak sangat cepat terasa, ruang kamarku tampak sepi dan rumahku mendadak gelap. Kini alla sudah pergi, aku berniat membuang semua kenangan bersama dia. kesokan harinya aku sudah siap untuk pergi menimba ilmu ke Jakarta dengan melanjutkan pendidikan S1 akuntansi diuniversitas swasta terkemuka dijakarta. Aku pergi menggunakan celana nudies biru yang sempat dikenakan alla, karena ia tak mengambilnya jadi kupakai, saat aku duduk dipesawat aku merasakan ada sesuatu disaku celana, rupaya sebuah kertas, awalnya aku hendak membuangnya tetapi beisi sebuah tulisan pendek.
“assalamuaikum Wr.Wb…. terimaksih kakaku yudha, engkau sangat baik terhadapku selama ini masih ingatkah kau pertama kali kita bertemu dibus, menaiki truk sawit bersama, kenangan yang sangat indah bersamamu, kak. Maafkan aku soal uang itu, aku tak berniat mencurinya ,uang itu aku letakkan kembali ditas birumu, aku hanya takut kehilanganmu pergi kejakarta, kehilangan sahabat, kakak terbaikku, mungkin engkau sekarang tak bersamaku lagi, tapi kenangan kita masih akan aku ingat selalu, salam butterfly kak.. hehehhe,,,,kata-kata bijakku ditruk itu! Masih ingat kan kak? Wassalamuakikum Wr.Wb… alhambra”
Terhenyak diriku membaca itu, ingin berjerit namun tak keluar dan airmataku tak henti keluar saat duduk disudut kursi 18B pesawat ini. Aku berusaha untuk tak kehilangan sosok alla, namun tak bisa aku elak disahabat terbaikku. Lima puluh menit waktu yang singkat untuk menyebrangi antara bangka hingga kejakarta. Nampak kakiku telah berpijak keibukota Negara ini, setiba dibandara aku langsung menelpon ibuku “ibu, aku sudah tiba dibandara soekarno hatta sekarang, ini lagi menunggu barang-barangku diambil” ucapku senang. “alhamdulilah nak, nak ibu punya kabar buruk” ucap ibu pelan. “ha, berita apa bu?” uacapku kaget. “kamu masih marah kepada alla nak, sekarang kemarahanmu itu tak berguna lagi, dia sudah menghadap sang Pencipta karena sakit kuning” ucap ibu. Rasanya ada sebuah gelombang tsunami yang besar menghantamku saat mendengar itu. Innalillahi wa inna lillahi rojiun, seandainya aku mempunyai mesin waktu, aku hanya ingin bertemu alla sejenak, memeluknya erat-erat dan mengucapkan “aku telah memaafkan kamu lla”. Selamat jalan sahabat karibku, adikku sang butterfly, terbang yang tinggi menuju surga tetapi jangan menjadi mentega terbang yang meleleh yang tlah menutupi mata hatiku yang berjibaku penyesalan tiada arti lagi sekarang. Kini  Butterfly telah tiada……..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Pageviews

Creative Field

Blog List

About

Follow us on Facebook :P

Blogger news

Pages

Siapa Penyanyi Luar Negeri yang harus datang lagi ke Indonesia ?

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Blog Archive

About me

Followers

Blog archives